Jenis-jenis Aspal Sebagai Material Konstruksi Perkerasan Jalan

Pelaksanaan pekerjaan tersebut dikenal sebagai Metode Surface Dressing (Burtu/burda) dan Metode Penetrasi Macadam, tidak terlalu jelek dilihat dari segi kualitas, tetapi dianggap sudah ketinggalan zaman karena bersifat padat karya, lambat, dan permukaannya kasar. Cara ini pernah dipraktikkan di seluruh dunia menjelang dan sesudah Perang Dunia II, terutama sewaktu kebutuhan pembuatan jalan belum terlalu banyak sehingga tidak harus dilakukan dengan mesin-mesin besar (Stone Crusher, AMP, Dumptruck, Finisher, Pneumatic Tyre Roller, Agregat spreader, dan sebagainya).

Namun, teknologi pembuatan jalan dengan cepat berubah ke padat mesin karena meningkatnya kebutuhan sarana lalu jintas jalan raya, meningkatnya tuntutan kualitas dan di samping semakin sulitnya bagi negara-negara industri (negara maju) mendapatkan tenaga kerja untuk pelaksanaan pembuatan jalan secara padat karya.

Aspal Emulsi

Ini Dia 5 Faktor Penyebab Kerusakan Jalan Aspal, Mana Yang Paling Sering Terjadi ?.
  • Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP).
  • Menambal Jalan Berlubang Dengan TCM, Tambalan Cepat Mantap.
  • Saat ini untuk lapis ikat (tackcoat), mulai banyak menggunakan aspal emulsi dengan alasan bensin terlalu berbahaya karena sering terjadi kebakaran, kerosin atau solar sebagai pelarut sering tidak sempat menguap pada saatnya beton aspal harus digelar di atasnya, sehingga membuat lapisan di atasnya terkontaminasi dengan pelarut menjadi melunak dan menimbulkan perubahan bentuk (deformasi, bleeding, dan licin).

    Aspal Modifikasi

    Aspal modifikasi (Polymer Modified Asphalt/PMA, Polymer Modified Bitumen/PMB, Aspal Modifikasi) adalah aspal minyak ditambah dengan bahan tambah/additive untuk meningkatkan kinerjanya.

    Di luar negeri, aspal polimer dijanjikan sebagai aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet), dengan harga yang cukup mahal sehingga pemasarannya kurang begitu sukses, meskipun sudah dikenalkan lebih dari 20 tahun.

    Di Indonesia, kesadaran untuk menggunakan aspal modifikasi didasari oleh alasan yang lebih khusus, yaitu agar lebih tahan panas (menaikkan titik lembek), lebih tahan beban (menaikkan kohesi), lebih lengket (menaikkan adhesi) agar agregat tidak mudah terburai dan lebih tahan ultraviolet agar tidak mudah menua (aging).

    Masing-masing penambahan kinerja itu membutuhkan bahan tambah yang berbeda-beda, ada aditif yang bersifat lengket dan lentur (aditif berbasis karet) atau lebih keras dan tahan panas (aditif berbasis plastomer, elastomer, selulosa, filler atau penambahan asphalten seperti asbuton, gilsonite, trinidad asphalt, dan sebagainya) atau aditif khusus dengan sifat beragam (jenis-jenis polimer tertentu).

    Aspal polimer biasanya merupakan produk hilir dari pabrik kilang minyak, karena merupakan pelayanan terhadap permintaan aspal dengan kinerja khusus yang tidak ekonomis bila diproduksi secara massal. Aspal modifikasi yang mulai dijual di Indonesia sejak tahun 1996 kita kenal beberapa merek, misalnya High Bonding Asphalt, Mexphalt, Cariphalt, Bituplus, Superfleks, Superphalt, Starbit, Aspal Prima 50, Retona, dan sebagainya.

    Aspal Buton (Asbuton)

    Aspal buton adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton (ada dua lokasi tambang, yaitu Kabungka dan Lawele), berupa batuan yang mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak tahun 1920, dengan cadangan lebih dari 600 juta ton (terbesar di dunia).

    Di dunia dikena! juga aspal Trinidad (Trinidad Lake Asphalt), aspal alam yang ditemukan pada danau di Venezuela yang telah dipasarkan ke seluruh dunia sejak abad ke-18, meskipun dalam jumlah yang tidak terilalu besar (kurang dari 30.000 ton per tahun). Aspal Buton Kabungka, batuan induknya adalah batu kapur, material aspal meresap ke dalam pori-pori batuan sebesar 12-20%, penambangannya menggunakan bahan peledak. 

    Batuan dipecah menjadi kecil-kecil dengan mesin pemecah batu (stone crusher), lalu dipasok ke proyek yang membutuhkan dalam bentuk curah (dikirim dengan tongkang dan dump truck). Pengaktifan aspal alam Kabungka memerlukan waktu, perlu dijemput dengan minyak pelarut khusus (modifier) yang encer dan tajam serta membutuhkan waktu pemeraman selama 2-5 hari sebelum aspal alam keluar dari cangkangnya dan membentuk mastik, sehingga dapat dicampur dengan agregat atau cara lain.

    Aspal Buton Lawele, batuan induknya adalah batuan silika, material aspal tidak meresap tetapi saling bertempelan dengan batuan sebanyak 20-35%, sehingga lebih mudah untuk diaktifkan tanpa pemeraman. Kesulitan penanganannya justru terletak pada kelengketannya yang terlalu tinggi (bergumpal-gumpal), sehingga susah untuk ditakar menurut jumlah berat yang dibutuhkan.

    Dibanding dengan aspal minyak, aspal alam mempunyai kandungan bahan-bahan alam yang lebih kaya, karena aspal alam tidak mengaiami proses destilasi seperti yang dilakukan di pabrik kilang minyak, sehingga bahan penting yang biasanya dijual dengan harga lebih mahal masih terdapat di dalamnya. Hanya karena berwujud lebih kental/kering dan bercampur batuan, maka penggunaan aspal alam memerlukan perlakuan atau pengolahan khusus sebeium dapat berfungsi sebagai bagian dari teknologi konstruksi perkerasan jalan.

    Slop Oil

    Slop oil atau minyak bumi bercampur air (bukan berupa emulsi) adalah sisa minyak bumi mentah yang sudah dipompa dari dalam tanah, tetapi karena kandungan minyak mentahnya kurang dari jumlah minimum untuk dapat diproses secara ekonomis, biasanya dibuang di suatu tempat pengumpulan (tempat pembuangan tersebut oleh orang minyak disebut sebagai “black hole” atau “green hole,” terlihat seperti danau di tengah hutan).

    Pada zaman sebelum orang sadar pada pencemaran lingkungan, material ini digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah, terutama digunakan di daerah sekitar pengeboran minyak. Sekarang cara tersebut tidak lagi diizinkan, karena slop oil dikategorikan sebagai bahan limbah beracun dan berbahaya, harus diproses terlebih dahulu agar tidak akan merembes masuk ke akar-akar tanaman (leaching).

    Slop oil yang telah diproses dengan bahan aditif (proses re-use dari bahan limbah B3) pernah berhasil dipakai sebagai bahan stabilisasi jalan tanah di kawasan pengeboran minyak di Duri, Riau pada tahun 1999 sebagai gelar percobaan sepanjang 500 meter. Pengembangan teknologi stabilisasi tanah ini tidak berlanjut karena penggunanya tidak banyak dan pasarnya belum berkembang.

    Sludge adalah slop oil yang telah bercampur lumpur/padatan, lebih sulit lagi untuk dibuang atau disimpan, sementara ini cara yang ditempuh adalah berusaha mengeringkan sludge dan setelah kering digunakan sebagai bahan timbunan, di atasnya ditutup dengan tanah yang tidak tembus air.
    Reference:
    Koestalam, Pinardi dan Sutoyo. 2010. Perancangan Tebal Perkerasan Jalan, Jenis Lentur (Fleksibel Pavement) dan Jenis Kaku (Rigid Pavement) (Sesuai AASHTO 1986 & 1993). Jakarta: PT. Mediatama Saptakarya.
    Soehartono, ir. 2015. Teknologi Aspal dan Penggunaannya dalam Konstruksi Perkerasan Jalan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
    Bitumen, Shell. The Shell Bitumen lndustrial Handbook. 1995. England : Chertsey, Surrey.

    Posting Komentar untuk "Jenis-jenis Aspal Sebagai Material Konstruksi Perkerasan Jalan"